Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa orang lain. ia
memerlukan bergaul dengan orang lain. Ini merupakan fitrah. Tidak
mungkin ada yang bisa menghindarinya, terlebih lagi pada era global
sekarang ini, dunia layaknya sebuah kampung kecil saja. Berhubungan
dengan orang lain, meski terkadang berefek negatif, manakala berlangsung
tanpa kendali, tetapi ia juga merupakan peluang yang bisa mendatangkan
beragam kemaslahatan, sekaligus ladang amal untuk memproleh pahala.
Islam sangat responsif terhadap fenomena ini. Bukan sekedar komunikasi
yang bertema dan berskala besar saja yang diperhatikannya, tetapi
hubungan yang sangat kecil pun tak luput dari pantauannya. Ini tiada
lain karena demi kemaslahatan manusia, sebagai makhluk yang
berkepribadian mulia. Islam telah memberikan peraturan dalam masalah
mu’amalah semacam ini, agar dalam pergaulan, manusia tidak melampui
batas-batas koridor yang telah ditentukan syariat. Sehingga pergaulan
tersebut tidak merugikan salah satu pihak.
Salah satu dari bentuk mu’amalah tersebut adalah ta’ziyah. Atau biasa
disebut melayat. Bagaimanakah penjelasan tentang masalah ini?
Untuk menjelaskan masalah ta’ziyah ini, berikut kami ketengahkan ulasan
yang diambil dari kitab at Ta`ziyah, karya Syaikh Musa'id bin Qashim al
Falih, yang diterbitkan Dar al ‘Ashimah. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar