Social Icons

Rabu, 27 Agustus 2014

Sakitnya Sakarotul Maut

Bagaimana sakitnya sakarotul maut...?

Kita tidak bisa membayangkan, betapa dahsyatnya pertarungan iman seorang mukmin melawan syetan. Padahal kondisi orang yang sedang sakaratul maut adalah kondisi yang menyakitkan dan melelahkan. Rasa sakitnya melebihi sayatan pisau dan pedang, karena ruh dicabut dari segenap penjuru anggota tubuh. Fase sakaratul maut seringkali di sebutkan oleh Rasulullah sebagai fase yang sangat berat dan menyakitkan sehingga kita diajarkan do’a untuk diringankan dalam fase sakarotul maut. Sakarotul maut juga dapat dikatakan sebagai warming up (pemanasan) kematian. 

Karena kematian itu sulit, berat dan amat sakit maka diperlukan pemanasan. Di samping itu, sebagaimana kehidupan, maka kematian memerlukan tahap yaitu :
  1. Manusia memerlukan proses dan tahapan kematian
  2. Manusia memerlukan proses dan tahapan agar bisa memasuki penginapan
  3. Penginapan yang dimaksud adalah Alam Barzakh, sebuah penginapan yang jauh lebih besar dan sangat berbeda situasi, kondisi dan lingkungannya dengan dua penginapan sebelumnya, yakni perut atau rahim ibu kita dan bumi untuk kehidupan dunia.
Selanjutnya sebagai gambaran betapa dahsyatnya sakarotul maut, kami cantumkan hadits Nabi Muhammad sholallahu alaihi wassalam dibawah ini :

  1. “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)
  2. “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari) 
“Wahai annakku! Demi Allah, seolah-olah ranting berduri dicabut dari kakiku sampai ke kepala.” Imam Ghazali berkata, “Sakaratul maut lebih dahsyat daripada pukulan pedang, lebih tajam dari mata gunting dan gergaji. Kalau satu urat saja ditarik dari tubuh manusia, niscaya ia akan menjerit kesakitan. Lalu bagaimana kalau yang ditarik dari tubuh itu ruhnya, yang tidak ditarik dari satu urat saja, tapi dari semuanya. Kemudian setiap anggota tubuhnya akan mati secara bertahap. Pertama kakinya terasa dingin, lalu kedua betisnya, kemudian kedua pahanya. Setiap anggota tubuh merasakan sekarat dan kepedihan sampai kerongkongannya. Pada saat itu terputuslah pandanganya dari dunia dan keluarganya, tertutup pintu taubatnya, dan penyesalan pun meliputi pikiranya.” (Ihya’ Ulumiddin: 4/419)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم