Social Icons

Kamis, 28 Agustus 2014

Mengingat Kematian

Zikir adalah suatu kegiatan atau ucapan yang bertujuan agar selalu ingat kepada Sang Maha Pencipta yaitu Allah SWT. Dari arti bahasa zikir berarti ingat. Berzikir untuk mengingat Allah subhanahu wa ta'la bisa dengan menyebut Asmaul Husna / nama-nama Allah subhanahu wa ta'la atau bisa juga dengan melafalkan kalimat toyyibah.

Rasulullah bersabda:

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ 

 “Barang siapa yang akhir ucapannya La ilaaha Illallah maka dia masuk jannah (surga).”


Zikir Maut...


Zikir maut atau mengingat kematian adalah suatu perbuatan hati dan pikiran mengingat akan kematian. Bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kematian. Matinya seseorang yang kita anggap punya arti tersendiri dalam hidup kita, kadang-kadang menjadikan kita lupa, bahwa kematian adalah ketetapan Allah yang pasti terjadi. sering kita meratapi kematian seorang pemimpin, orang tua, sahabat, saudara, dan sebagainya. seolah-olah kita ingin hidup lebih lama bersama mereka di dunia ini. tetapi, apa daya kita jika Allah telah melaksanakan ketetapan-Nya salah satu jalan adalah mendoakan arwahnya, semoga Allah mengampuni segala dosanya dan memberikan pahala sesuai dengan amal perbuatannya.

Hal yang paling menyakitkan bagi kebanyakan orang adalah kematian. Bila diceritakan tentang kematian seolah-olah berakhirlah segalanya. Musnah sudah semua yang sudah dirintis dan diusahakannya. Berakhir sudah episode kehidupannya. Berhenti kisah hidupnya. Tak ada lagi yang dapat dilakukan, hanya tinggal mengenang dirinya.

Bagi seorang muslim kematian merupakan bagian dari episode kehidupan yang masih ada kelanjutannya. Tidak berhenti di pintu gerbang kematian saja. Kehidupan di dunia adalah ladang bagi kehidupan selanjutnya, di mana kehidupan tersebut adalah kekal abadi. Oleh karena itu bagi seorang muslim, kematian adalah pintu gerbang yang mengarahkan seseorang menuju keadaan dimana ia akan mendapat balasan atas segala perbuatannya. balasan itu berujung pada dua cabang, yaitu kebahagiaan yang abadi atau kesengsaraan yang tak berkesudahan.

Setiap muslim diajarkan bahwa ada kehidupan setelah kematian. Dengan demikian setiap muslim diperintahkan untuk mempersiapkan diri mencari bekal sebanyak-banyaknya agar mudah dihisab nanti. Rasulullah sholallahu alaihi wassalam bersabda : “Orang yang cerdas adalah orang yang mengendalikan diri dan bekerja untuk kehidupan setelah kematian.” (HR. Tirmidzi)

Dzikrul maut pada dasarnya melatih jiwa untuk terus mengenal dan merasa diawasi oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Peristiwa kematian baginya bukan sesuatu yang menakutkan, bukan juga merupakan keberakhiran hidup seseorang tanpa mendapat balasan. Baginya peristiwa kematian merupakan pertemuan hamba dengan penciptanya. Agar ia dapat bertemu dengan penciptanya dalam kebahagiaan maka ia perlu menyiapkan sebaik-baiknya bekal. Dengan persiapan inilah diharapkan kelak bila saatnya tiba ia akan menghadap Robbnya dengan keridhaan dari Robbnya sehingga bahagia di sisi Allah selamanya.


Wajaa-at sakratu almawti bialhaqqi dzaalika maa kunta minhu tahiidu

Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya. (QS Al Qoof, ayat 19)   

Keutamaan Dzikrul Maut...
  1. Dzikrul maut menghindarkan diri dari kampung tipu daya dan menggiatkan persiapan untuk kampung akhirat. Dalil Hadits : “Hadiah orang mu’min adalah kematian” (HR. Abu Dunya, Thabrani dan Al Hakim secara mursal dengan sanad hasan)
  2. Dzikrul maut membongkar berbagai keburukan dunia sehingga menyadarkan manusia bahwa dunia hanyalah perhiasan yang semu tak akan kekal abadi. Dalil Hadits : “Tinggal di dunia ibarat musafir yang sedang istirahat sejenak di bawah pohon untuk kemudian pergi melanjutkan perjalanan.”
  3. Dengan dzikrul maut segala kesusahan dan penderitaan dunia menjadi ringan baginya.
  4. Dzikrul maut melembutkan hati dan menajamkan bashiroh. Dengan dzikrul maut setiap insan akan merasa perlu untuk memperbaiki dirinya dan terus mengupayakan amal sholeh sebanyak-banyaknya sehingga ia akan berhati-hati dan lebih menghargai orang lain karena baginya tidak ada yang abadi di dunia ini dan setiap orang berpotensi lebih baik dari dirinya, jadi ia tidak tertipu dengan kesenangan dan kebahagiaan semu.
  5. Dzikrul maut adalah pertanda seseorang cerdik. Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah berkata, “Aku pernah menghadap Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai orang ke sepuluh yang datang, lalu salah seorang dari kaum Anshor berdiri seraya berkata, “Wahai Nabi Allah, siapakah manusia yang paling cerdik dan paling tegas?” Beliau menjawab, “(adalah) Mereka yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Mereka itulah manusia-manusia cerdas; mereka pergi (mati) dengan harga diri dunia dan kemuliaan akhirat.” (HR: Ath-Thabrani, dishahihkan al-Mundziri)
Cara Menghidupkan Dzikrul Maut...


Maut adalah janji Allah yang pasti sedangkan kehadirannya dapat kapan saja. Oleh karena itu kita sebaiknya selalu mengingatkan diri pada kemungkinan bahwa setiap saat maut dapat hadir menemui kita.

Untuk menghadapi maut yang akan datang kapan saja, sebaiknya setiap kita menyiapkan diri. Sebagai contoh, perbedaan orang yang bersegera menyiapkan diri dan orang yang menunda-nunda adalah ibarat menunggu tamu yang akan berkunjung sehari lagi dengan menunggu tamu yang sepekan lagi akan berkunjung. Persiapan kita tentu akan berbeda. Bila kita mengetahui tamu yang akan datang sehari lagi, kita akan merapikan kondisi rumah dengan segera, untuk menyambut tamu tersebut, sedangkan bila tamu akan datang sepekan lagi, kita tidak terburu-buru untuk merapikan rumah tersebut karena kita berpikir masih memiliki waktu yang luang untuk menyiapkannya.

Dengan berziarah kubur dapat menghidupkan dzikrul maut. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda : “Berziarahlah ke kubur karena hal itu dapat mengingatkan kalian akan akhirat” (Shahih Ibnu Majah, jilid I, hal 113). Karena tujuan kita berziarah kubur ada 2, yakni mengucapkan salam (mendo’akan si mayit) dan mengingat kematian. 

Rasulullah sholallahu alaihi wassalam bersabda : “Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: Masa mudamu sebelum masa tuamu; Masa sehatmu sebelum masa sakitmu; Masa kayamu sebelum masa kemiskinanmu; Masa luangmu sebelum masa sibukmu; Masa hidupmu sebelum masa kematianmu.” (HR. Abu Dunya dengan sanad hasan) dan dalam riwayat yang lain : “Dua nikmat yang disia-siakan oleh banyak orang ialah kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)

Siapkan bekal, sebelum datang ajal... 


Saudaraku yang aku cintai karena Allah, sudah saatnya kita berbenah, membenahi iman kita untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, beribadah kepadanya, dengan mengerjakan sholat lima waktu berjama’ah di masjid, mengeluarkan zakat bagi yang telah wajib zakat, mengerjakan amalan-amalan sunnah seperti dengan memperbanyak sholat sunnah rowatib, sholat sunnah adh dhuha, sholat sunnah tahaju dan lain-lain. Jangan kita remehkan amalan meski itu kecil karena itu bisa memperberat timbangan amal sholeh kita dan juga jangan pernah kita anggap remeh dosa kecil terlebih dosa besar. Jika kita terjerumus ke dalam dosa dan maksiat segeralah bertaubat dan berusaha agar tidak mengulanginya lagi.“Tak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus dan tak ada dosa besar jika diiringi istighfar.” (ithaf as-sa’adah al-muttaqin 10/687).


Menyambut ajal, dengan senyuman...

Apa saja yang harus kita siapkan agar bisa menyambut datanganya ajal atau kematian dengan senyuman :
  1. Dengan beriman dan taqwa kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman : “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa” (QS. Al-Baqoroh : 197). 
  2. Jangan pernah menunda-nunda ibadah, karena kita tidak tahu kapan kematian mendatangi kita, gunakan waktumu sebelum kita kehilangan waktu tersebut, sehingga kita minta dikembalikan di dunia. Allah Ta’ala berfirman : “Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mukminun :99-100)
  3. Dengan menjauhi dosa-dosa besar dan kecil. Apabila melakukan dosa segera bertaubat dengan sebenar-benarnya.
  4. Dengan senantiasa mengingat kematian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda : "Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan (mati)”. Dengan mengingat mati, hati akan menjadi lembut, air mata akan bercucuran karena takut kepada Allah. Dengan mengingat mati, akan mendorong kita untuk senantiasa beribadah, berusaha menjauhi dosa dan maksiat, karena takut jika kematian datang kita dalam keadaan bermaksiat.


Referensi :
1. Intisari Ihya Ulumuddin, Al Ghazali
2. Mensucikan Jiwa, Said Hawwa




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم